Menaratoday.com - Dharmasraya :
Senja di pinggir sungai Batanghari, wilayah Kenagarian Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumbar tampak cerah, awan pun memperlihatkan pemandangan indah, bagaikan lukisan tangan tertata dengan apik. Suara burung pun sahut menyahut, bagaikan nyanyian seruling merdu di gendang telinga.
Anak kecil pun bersorak kegirangan, lompat sana, berlarian kesini. Sesekali pasir mereka lempar ke atas membuat kabut kecil. Orang dewasa juga sibuk menangkap ikan serta udang, dengan menggunakan jala dan pukat. Selain itu, kaum ibu juga sibuk mendulang emas. Begitulah aktifitas masyarakat bermukim di sepanjang daerah aliran sungai.
Ditinjau lebih jauh kehidupan masyarakat Kenagarian Siguntur, yang memiliki jarak tempuh 14 km ke pusat pemerintahan Kabupaten Dharmasray itu, memiliki penduduk sekira 6.382 jiwa. Mayoritas sumber kehidupan mereka dari bertani kebun, dan sawah, walaupun ada sebagai Pedagang, pengusaha dan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Miris bagi masyarakat Nagari Siguntur ketika air sungai Batanghari meluap. Semua aktifitas mereka langsung ngadat. Hampir 65 persen sumber kehidupan warga berada diseberang sungai. Namun transportasi mempergunakan ponton, (perahu besar) dan sampan, tidak bisa beroperasi. Tentunya membuat aktifitas ekonomi masyarakat lumpuh total.
"Sebenarnya kami warga Siguntur, sangat mendambakan jembatan penghubung dari kampung keseberang sana. Karena kebun, ladang, sawah, warga merupakan sumber kehidupan berada di seberang. Namun impian kami belum juga kecapaian sampai sekarang," sebut Ismet, (45) warga setempat.
Ia juga mengatakan, sudah beberapa kali utusan warga menyampaikan kepada pihak pemerintahan terkait, bahkan sampai kepada kepala daerah. Namun didapatkan warga hanya sebatas janji, realisasi belum juga tampak. Padahal keluhan ini, seringkali disampaikan, bahkan sudah hampir tiga periode jabatan kepala daerah.
Bukan saja itu, pada prinsipnya untuk mendapatkan air bersih, juga berada diseberang sungai, dikaki bukit sebelah sana, tambah Ismet, sembari mengarahkan telunjuknya.
Dengan kondisi sungai meluap ini, kami warga hanya bisa bermenung di pelabuhan ponton, hingga air surut. Sekiranya dalam satu hari belum juga air kembali normal, maka kegiatan akan nihil. Apabila hal tersebut berlangsung beberapa hari, tentunya warga tidak bisa mendapatkan penghasilan sama sekali, pungkasnya sambil berlalu. (Syaiful Hanif)