MenaraToday.com - Cianjur :
Polemik kesenjangan sosial di Kabupaten Cianjur sudah bukan rahasia umum lagi. Cianjur lebih maju dan agamis, itu baru 'katanya saja'. Sebab kepedulian terhadap anak yatim dan kaum dhuafa, belum disadari oleh banyak orang.
Hal itu dibuktikan, masih terdapatnya masyarakat dalam keadaan fakir, miskin, dan terlantar. Mereka bisa bermetamorfosis menjadi gelandangan, pengemis, pengamen, dan anak jalanan.
Padahal dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Dalam hal ini pemerintah bukan tak mungkin bergerak sendiri. Karena dalam berinstitusinya pemerintah melalui dinas terkait mereka tidak hanya mengurusi satu orang saja. Maka dalam hal ini diperlukan kesadaran masyarakat khalayak.
Satu diantara sekian banyak warga miskin di Cianjur kota adalah Lilis Suminar warga Kampung Leuwigoong Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Cianjur kota/Cianjur. Demi memenuhi kebutuhan hidup ia rela menggendong anaknya Susilawati yang baru berusia lima tahun mengumpulkan rongsokan pada malam hari di seputaran jalan Pangeran Hidayatulloh dan sekitarnya.
"Untuk menyambung hidup terpaksa harus seperti ini" Kata Lilis saat ditemui di perempatan Lapang Prawatasari jalan Pangeran Hidayatulloh Joglo Cianjur sembari menggendong Susilawati mencari Aqua bekas, kardus dan barang ronsok lainnya untuk dijual, Rabu (8/5) sekira pukul 20.30 WIB.
Lilis juga mengatakan dari hasil merongsoknya itu tidak menentu kadang cuma dapat Rp. 15000,- sampai Rp. 20000,- itu pun harus dikumpulkan berhari-hari.
"Tidak tentu pak (*red), pendapatan merongsok kan gak jelas. Apalagi sekarang banyak gak cuma saya ja. Untuk mendapatkan uang Rp. 15000,- sampai Rp. 20000,- itu bisa berhari-hari, sementara kita kan perlu makan tiap hari," ujar Lilis seraya menyeka air matanya.
Disinggung mengenai kenapa harus membawa Susialawati anaknya, Lilis menjawab kakaknya gak ada di rumah lagi shalat tarawih.
"Kakaknya ikut shalat tarawih di masjid jadi Susialawati saya bawa. Karena dirumah g ada siapa-siapa," jawabnya.
Tidak hanya sampai disitu saja. Berdasarkan pantauan di lapangan khususnya malam hari. Banyak gelandangan-gelandangan yang menetap diemper-emper jalan raya Cianjur. Mereka tidur beralaskan kardus bekas berselimut kain kusam dan lusuh.
Menyikapi hal tersebut, kiranya sudi para dermawan untuk membantu kelangsungan hidup mereka dengan sedikit berbagi rezeki.
"Sekecil apapun pemberian kita sangatlah berarti bagi mereka" (*red)