25 Hektar Sawah Kena Puso, Petani Merugi


MenaraToday.Com - Cianjur : 

Petani dan buruh tani galau dan resah karena mengalami kerugian akibat kekeringan. Berikut nama Tiga Kampung di Desa Sukaraharja Kecamatan Kadupandak, Cianjur Selatan, Kampung Tipar, Pojok dan Cisarua.

Salah seorang petani disalah satu Kampung tersebut,  A Kusmiadi (40) mengatakan, yang terkena dampak kekeringan akibat musim kemarau saat ini ada di Kampung Tipar dengan luas sekitar 18 hektar, Kampung Pojok sekitar lima hektar,  dan terakhir di Kampung Cisarua sekitar dua hektar.

"Iy pak, yang terkena dampak kekeringan di desa kami ini, totalnya 25 hektaran," kata A Kusmiadi diamini para petani lainnya, Senin (15/7).

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur,  Muhamad Nano mengatakan, bencana kekeringan yang melanda saat ini tidak hanya di Kabupaten Cianjur saja, tetapi di seluruh Jawa Barat.

"Data dampak kekeringan lahan sawah di Jawa Barat, itu bersumber dari BPTPH Jabar," katanya.

M Nano menghimbau, untuk sementara yang belum tanam padi, itu terlebih dahulu untuk tidak tanam padi. Dan apabila masih memungkinkan ada air bisa dengan pompanisasi.

"Ya, untuk sementara petani bisa menanam palawija atau sayuran di lahan kering dulu," imbuhnya.

Sementara Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Hj Henny Iriani, mengungkapkan, karena bencana ini merupakan faktor alam, maka kalau dilihat dari fisik diatas. Kelihatannya tidak dapat di panen atau puso. 

"Untuk antisipasi rencana tanam yang akan datang, dihimbau kepada para petani yang terkena puso, coba untuk minta saran dan pendapat dari petugas tentang perkembangan iklim," tambahnya.

Lanjutnya, menurut prediksi kemarau ektrim akan terjadi pada bulan Agustus 2019. Jadi untuk petani yang mengalmi puso, petani padi agar mendaftar menjadi peserta Aduransi Usaha Tan Padi (AUTP), apabila terkena puso, petani akan dapat asuransi sebesar Rp. 6.000.000,- perhektar, klaim AUTP perhektarnya Rp. 36.000,- ribu. Maka segeralah daftarkan ke JASINDO untuk menjadi peserta AUTP.

"Saat ini petani harus pandai membaca situasi iklim. Karena kondisi lingkungan dan iklim sekarang sudah tidak stabil seperti dulu lagi, " pungkasnya. (SN).
Lebih baru Lebih lama