MenaraToday.Com - Lumajang
Suporter Aremania dan Bonek Bentrok Saat Nobar Dilumajang. Kericuhan terjadi saat nonton bareng (nobar) pertandingan sepak bola di Jl. Hayam Wuruk, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Ada sejumlah orang membawa senjata tajam (Sajam).
"Kurang lebih 15 pemuda dari kedua suporter antara Aremania dan Bonek berhasil kami amankan untuk diberikan pemahaman," ungkap Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban, saat dimintai konfirmasi, Minggu (21/7/2019).
Arsal mengatakan, kericuhan terjadi pada malam hari. Saat itu kedua kubu ikut nobar di Jl. Hayam Wuruk. Dari masing-masing suporter terdapat 20 orang.
Awalnya kubu supporter Arema mengadakan nobar. Kemudian supporter Bonek yang tengah berada di sebelah selatan lokasi bersiap melakukan kerusuhan ketika Aremania nobar.
Mendapati hal tersebut, personil Satlantas Polres Lumajang yang dipimpin oleh Kasat Lantas, AKP I Gede Putu Atma Giri bergabung dengan Kasat Intelkam dan Kapolsek Sukodono mendatangi TKP.
Setibanya petugas di TKP, masing-masing supporter langsung melarikan diri. Adapun dari hasil pengamanan, terdapat 7 kendaraan yang di bawa ke Mapolres Lumajang karena tidak memiliki kelengkapan kendaraan.
Tidak hanya itu, petugas juga berhasil mengamankan sebilah sajam jenis celurit yang hingga saat ini, tidak ada yang mengakui kepemilikan sajam tersebut.
Pria yang juga merupakan Kepala Tim Cobra itu, kemudian memberikan imbauan agar kedua suporter menjunjung tinggi sportifitas dengan berbagai cara tanpa harus disertai dengan perkelahian.
"Rivalitas sah-sah saja asal tidak sampai terjadi bentrokan. Meski kita memiliki perbedaan idola, namun kita masih tanah air yang sama. Oleh itu mari bersama menjunjung tinggi sportifitas," tambahnya.
Hal senada juga disampaikan Kapolsek Sukodono, AKP Ahmad Sutiyo, SH. Pihaknya berharap agar masing-masing supporter bisa berfikir dewasa sehingga tidak ada lagi yang jatuh korban.
Sebab menurut Sutiyo, bentrokan yang tidak ada keuntungannya itu, secara tidak langsung telah mengotori citra sepak bola tanah air. Apalagi sampai harus memakan korban jiwa.
"Tidak ada yang salah dengan perbedaan. Yang bermasalah adalah keegoisan dalam memandang perbedaan. Untuk itu perlu diingat, bahwa kita semua adalah satu ideologi, yakni Pancasila," tandasnya. (Sofyan)