Pembangunan tembok penahan tanah (TPT) Tower pemancar seluler Smartfren di Dolok Sanggul, tepatnya di komplek Radio Pelita Batak (RPB), diduga asal jadi. Dimana campuran pasir untuk adukan semen menggunakan pasir gunung/pasir timbun.
Warga setempat, M Silaban (37) kepada wartawan, kemarin, mengatakan, bahwa ketahanan fondasi TPT tower pemancar seluler Smartfren itu tidak akan berlangsung lama. Sebab pengerjaan TPT yang dikerjakan CV. Pinisi itu terkesan asal jadi.
"Sebagai warga setempat, kita memantau proses pengerjaan TPT tower pemancar Smartfren, namun yang kita lihat, bahwa material pasir gunung lebih banyak digunakan daripada pasir sungai untuk mengaduk semen," ujarnya.
Dengan menggunakan, material pasir gunung tersebut, kata Silaban, ketahanan TPT tersebut diragukan. Sebab semen dengan pasir tersebut tidak bisa kawin paksa. "Pasir gunung dengan semen tak bisa kawin paksa, meski terlihat sebagai adonan semen, namun dipastikan itu tidak akan bertahan lama," ujarya.
Warga lainya, Sontang Silaban juga meragukan kualitas konstruksi proyek tersebut. Sebab meterial pasir untuk TPT tersebut lebih banyak menggunakan pasir yang berada dilokasi proyek.
"Itu hanya hal kecil saja yang terlihat secara kasat mata. Masalah spesifikasi material proyek itu seperti pemakaian besi, batu, dan campuran semen, mereka lah yang tahu. Yang kita soroti adalah pemakaian pasir gunung yang digunakan sebagai campuran semen. Namun, dengan sampel pasir gunung ini, kuat dugaan masalah speesifikasi juga dimainkan pihak pekerja," katanya.
Terpisah, Ihsan, pelaksana lapangan saat ditanyai beberapa wartawan di lapangan mengaku, bahwa proyek tersebut tidak ada masalah dan sesuai dengan teknis sebagaimana petunjuk dari subkon (sub kontraktor) yang menerima pekerjaan itu menkon.
Pekerjaan ini sudah melalui beberapa proses mulai dari pihak Smarrfren ke Menkon selanjutnya ke Subkon dan pekerja lapangan. "Nah disini kita sebagai pekerja lapangan oleh Perusahaan CV Pinisi. Kita menerima pekerjaan dengan makan gaji," ujarnya.
Untuk pemakaian material proyek tersebut, Ihsan berkeras bahwa pihaknya tidak melakukan penyelewengan dalam pekerjaan itu. "Tidak ada penyelewengan disana, semua metarial yang kita gunakan sesuai dengan yang dibutuhkan," katanya.
Namun ditanya jumlah kubikasi pasir yang dipakai dalam proyek 8×10 itu, Ihsan terlihat ragu. "Jumlah pasir sungai yang kita gunakan, sekitar 20 sampai 30 truk
Namun untuk campuran pasir, kita akui menggunakan pasir gunung setempat dalam koridor yang pas. Perbandingan pasir yang kita gunakan yakni 1:4 dan 1:3. Saya kira itu tidak masalah. Yang jadi maslah adalah ketika menggunakan pasir gunung," tukasnya.
(b.n-team)