MenaraToday.Com – Asahan :
Selama 74 tahun Indonesia merdeka, namun Kampung Persembahan Dusun
XIV Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan hingga kini
belum bisa menikmati arus listrik PLN.
Alhasil, sebanyak 80 kepala keluarga yang tinggal di kampung
tersebut sampai saat ini masih mengandalkan mesin genset milik masing-masing
warga untuk kebutuhan arus listrik dan penerangan dikampung tersebut, meskipun
hanya bisa dinikmati disaat malam hari saja. Hal itu dikatakan Pak Darwis (52)
warga Kampung Persembahan saat diwawancarai dirumahnya,Minggu (15/9).
"Kampung Persembahan ini sudah ada sejak tahun 60-an hingga
zaman sekarang ini. Warganya sekitar 80 KK dan selama itu pulalah kita belum
pernah menikmati yang namanya arus listrik PLN, " kata Darwis.
Diceritakan Darwis, masyarakat yang tinggal dikampung itu sudah
berulang kali melakukan permohonan pengadaan arus listrik ke pihak terkait,
mulai dari pemerintah desa, kecamatan, DPRD dan Pemkab Asahan hingga ke pihak
PLN. Namun tidak satupun permohonan tersebut terealisasi dan hanya janji
tinggal janji.
"Kampung Persembahan ini sudah dijuluki sebagai kampung
terbuang dan kampung yang belum merdeka, meskipun Indonesia sudah merdeka 74
tahun lamanya. Kami sudah sering dijanjikan akan masuk PLN tapi tak kunjung
ada," ucap Darwis.
Senada juga dikatakan Arbani (38) dan Rahmat (35) warga setempat
lainnya. Mereka mengaku sudah sering disuruh untuk mengumpulkan KTP dan tanda
tangan pakai materai untuk permohonan PLN. Bahkan selama ini warga dikampung
itu sering jadi korban kampanye para oknum yang hanya ingin dukungan suara saat
pemilihan dengan menjanjikan untuk pengadaan PLN, namun hasilnya tetap nihil.
"Mulai dari kakek saya sudah tinggal dikampung ini dan sampai
sekarang belum pernah masuk PLN. Masyarakat sudah bosan dengan janji untuk
pengadaan lampu PLN. Karena sudah bolak balik disuruh buat permohonan,
kumpulkan tanda tangan pake materai. Apalagi disaat pemilu, sangat banyak janji
janji yang disampaikan, mulai dari saat sebagai calon legislatif hingga duduk
di DPRD Asahan, namun sampai sekarang belum juga terealisasi. Kami masyarakat
sudah capek lah memohon pengadaan lampu PLN ini, mungkin harus ke Presiden
Jokowi baru terealisasi, "ucap Arbani dan Rahmat.
Yang lebih memprihatinkan, kata Arbani, secara ekonomi warga
sangat terbebani jika harus menggunakan mesin genset untuk kebutuhan arus
listrik sehari-hari, pasalnya dalam satu malam, setiap warga harus mengeluarkan
uang untuk minyak genset sebesar Rp 20 ribu per malam.
"Kita gak mampu jika harus memakai genset satu malam penuh.
Biayanya kita tak sanggup. Paling paling dari jam 7 malam sampai jam 9 malam
kita hidupkan genset. Supaya hemat minyak. Bahkan untuk kebutuhan rumah ibadah
yang ada dikampung ini juga harus memakai genset jika ada acara baik siang
ataupun malam hari ataupun ibadah Jumatan seperti tadi, " tutur Arbani.
Sementara itu, Kades Sei Dua Hulu Sumardi Nasution saat dimintai
komentarnya mengatakan bahwa pihaknya juga telah melakukan permohonan untuk
pengadaan tiang dan arus listrik PLN bahka sejak dirinya belum menjabat sebagai
kepala desa dua tahun lalu. Namun diakuinya hingga saat ini belum terealisasi.
"Sudah kita buat permohonan untuk pengadaan Tiang dan arus
PLN. Bahkan sebelum jadi Kades, saya sudah mohonkan pengadaan tiang lampu. Dari
keterangan pihak PLN bahwa bulan Oktober tahun ini akan terealisasi dan paling
lama akhir tahun ini. Lokasi sudah disurvei empat bulan lalu. Kita doakan
sajalah bisa terealisasi sesuai keterangan mereka," pungkas Kades. (G4N1)