MenaraToday.com - Samosir :
Pelaksanaan kegiatan rehab bangunan gedung Sekolah Dasar kabupaten Samosir sangat diapresiasi masyarakat dan bersyukur ada perhatian pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan fasilitas pendukung pendidikan.
Salah satunya kegiatan tersebut di Kabupaten Samosir diterima oleh SDN 32 Huta Tinggir, Kecamatan Pangururan kabupaten Samosir, program tersebut merupakan swakelola yang di terima oleh panitia pembangunan sekolah (P2s) dari anggaran Dana Alokasi Khusus (Dak) TA.2019.
Namun sangat disayangkan bila siswa juga dilibatkan dalam pengerjaan kegiatan tersebut, karena siswa SD yang masih lugu tersebut di tuntun orang tua dan pemerintah untuk menuntut ilmu, karena merekalah generasi bangsa ini.
Tetapi lain hal yang terjadi/dialami siswa/i SDN 32 Huta Tinggir yang dimana pada saat jadwal untuk mereka bermain-main malah guru dan terlebih kepala sekolah di SD tersebut membiarkan atau menyuruh anak-anak tersebut untuk bekerja membersihkan bekas pecahan semen/batu bekas bongkaran lantai kelas yang akan dilakukan perbaikan.
Dalam pantauan menaratoday.com dilokasi, tampak beberapa siswa/i sibuk dan sepertinya merasakan capek untuk untuk mengerjakan bekas pembongkaran bangunan kelas itu. Dan saat di konfirmasi pada salah satu guru yang terlihat memantau anak-anak sekolah tersebut bekerja berdalih, "itu kita suruh biar tidak pergi main-main jauh dan kemana-mana anak ini bang" ujar salah satu ibu yang mengenakan seragam layak pegawai guru dan saat ditanyakan namanya, ibu tersebut diam dan tidak mau sebut namanya.
Harapan masyarakat pada pemerintah dan instansi lain yang terkait harus melakukan tindakan dan mengawasi hal tersebut dan membuat teguran pada kepala sekolahnya supaya dapat menempatkan posisi siswa/i yang sebenarnya. Seperti yang disampaikan T. Ambarita pada menaratoday.com saat diminta tanggapannya, mengatakan hal tersebut sudah sangat menyalahi.
"Itu sudah sangat menyalahi, siswa disuruh orangtuanya untuk belajar dan menuntut ilmu bukan untuk bekerja seperti itu. Lagian kalau kegiatan itukan sudah dianggarkan biayanya dan tenaga kerjanya pun sudah diperhitungkan,Jadi kenapalah harus dikorbankan anak-anak untuk bekerja lagi. Ini harus pemerintah kabupaten Samosir mengambil tindakan tegas supaya ini tidak terulang lagi" ujar T.ambarita. (R1/red)