![]() |
Kakek Kasdi (66) Warga setempat yang membersihkan areal Tugu Pahlawan Sudjono secara sukarela selama 5 Tahun (Foto/Irlan) |
MenaraToday.Com - Simalungun :
Miris memang setelah mendengar keluh kesah dari Kakek Kasdi (66) warga Nagori Bandar Betsy 2, Kecamatan Bandar Huluan, Kab Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) ini.
Kakek berusia 66 ini menceritakan kisahnya sudah selama 5 tahun membersihkan lokasi taman tugu atau monumen Letda Sudjono namun hingga kini tidak pernah mendapat sedikitpun perhatian dari pemerintah.
"Saya sudah 5 tahun membersihkan lokasi taman tugu Sudjono ini pak, tapi sedikit pun saya tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ya kalau bisa saya sangat mengharapkan lah pak ada perhatian dari pemerintah buat saya pak" ujarnya kepada MenaraToday.Com, Rabu (21/09/2022) di lokasi Tugu Sudjono.
Dijelaskannya, Dirinya membersihkan taman tugu Letda Sudjono karena dirinya hibah dan kasihan melihat Sudjono.
Dirinya juga mengaku kalau dirinya mengetahui percis peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh kekejaman PKI kepada Letda Sudjono kala itu.
"Saat Itu saya berusia 8 tahun pak, jadi Saya masih ingat betul pak. Peristiwa itu sekira pukul 10.00 wib pak. Pak Sudjono itu dulu Papam (pengamanan) di perkebunan ini pak. Dia dibantai oleh PKI menggunakan Babat. Setelah Pak Sudjono jatuh, Para PKI mencangkulnya hingga pak Sudjono meninggal. Jadi tepat di tugu inilah pak Sudjono dicangkul dan meninggal dunia pak" Jelasnya mengisahkan.
"Pak Sudjono itu dulu sering ke pondok pondok (kampung) kami pak. Jadi saya tanda betul orangnya pak, Saya kasihan sama Pak Sudjono Pak" ungkapnya sedih sambil mengenang masa itu.
Diketahui, Sudjono merupakan seorang Bintara Tinggi TNI dengan pangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu). Namanya dikenal sebagai pahlawan sekaligus korban kekejaman komunis di PTPN III Kebun Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun (dahulu bernama PTP IV).
Kegigihan Sudjono mempertahankan areal perkebunan Bandar Betsy kala itu membuat dirinya menjadi sasaran pengeroyokan dari sekitar 200 orang anggota Barisan Tani Indonesia (BTI), organisasi sayap Partai Komunis Indonesia (PKI) masa itu yang akan mengusai lahan perkebunan.(Irlan)