MenaraToday.Com - Toba :
Toba Pulp Lestari (TPL) menjadi perusahaan yang dilirik oleh Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan (FOReTIKA) karena perusahaan ini menerapkan kecanggihan teknologi dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Kunjungan FOReTIKA se- Indonesia ke komplek TPL, yang berada di Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Provinsi Sumatra Utara, Senin (19/6/23) ini, untuk melihat langsung teknologi pengolahan industri HTI.
Dalam kunjungan ini, sekitar 80 dekan/dosen ikut melihat teknologi pengolahan HTI oleh TPL, dan terbaik di Sumatera Utara.
Dekan dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga merupakan Ketua dari FOReTIKA, Naresworo Nugroho turut menyampaikan harapannya dengan kunjungan ke TPL kali ini.
“Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan pembelajaran yang boleh kami dapat dari kunjungan ini. Hal-hal baru tentang perbanyakan clone tanaman Eucalyptus yang disilangkan dan menghasilkan berbagai jenis clone lainnya untuk meningkatkan produktifitas sehingga 4 - 5 tahun dapat dilakukan pemanenan.”
“Ini sangat luar biasa dan kita harapkan kedepannya teknologi ini dapat saling berbagi, tidak hanya tentang pembibitan akan tetapi bidang lainnya seperti pemanenan, pengelolaan limbah dan industri. Semoga dengan kerja sama dan kolaborasi ini bisa mengenal lebih dekat dengan TPL dan perusahaan semakin jaya kedepannya,” tutur Naresworo.
Dari sisi operasional, modernisasi pembibitan (nursery) menjadi hal yang terus dikembangkan oleh TPL. Untuk memastikan masa periode penanaman dan panen tanaman industri tidak akan mengganggu konsistensi serapan karbon di wilayah konsesi.
Dekan Fakultas Kehutanan USU, Rudi Hartono mengungkapkan bahwa pada tahun 2023,USU menjadi tuan rumah Rakor dan Tahunan dan Lokakarya FOReTIKA berdasarkan reputasinya sebagai lembaga pendidikan terkemuka dan keberhasilannya dalam bidang kehutanan.
“Dibutuhkan kerjasama serta sinergi berbagai pihak dalam mendukung pencapaian Fakultas Kehutanan USU sampai sekarang ini, termasuk TPL sendiri yang sudah banyak mendukung kegiatan-kegiatan Fakultas Kehutanan USU, seperti pada akhir 2022 disepakati kerja sama antara Fakultas Kehutanan USU dengan perusahaan serta banyak kunjungan industri yang dilakukan oleh mahasiswa/i kami. Maka dari itu kunjungan kali ini merupakan rangkaian dari kegiatan FOReTIKA untuk melihat langsung teknologi terbaru dari TPL,” terangnya.
TPL menerima kunjungan hangat dari Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan (FOReTIKA) se-Indonesia yang sebelumnya sudah melakukan acara Rakor dan Tahunan dan Lokakarya di Universitas Sumatera Utara (USU) pada 15 16 Juni 2023 lalu.
Kunjungan FOReTIKA langsung ke TPL bertujuan untuk melihat lebih dekat terkait teknologi terkini yang diterapkan oleh perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri (HTI) ini menjadi tempat tujuan FOReTIKA melihat lebih dekat terkait operasional industri serta pengelolaan HTI.
Linggom Dongoran selaku Deputy Social Capital Head beserta jajarannya menyambut rombongan di Komplek TPL dan memberikan pemaparan singkat terkait dengan pengelolaan industri yang diterapkan di perusahaan.
“Sungguh sebuah kehormatan bagi kami atas kunjungan dari FOReTIKA yang sudah memilih perusahaaan kami untuk melihat teknologi terkait dengan modernisasi pembibitan dan operasional TPL secara keseluruhan. Kami berharap kunjungan ini sebagai salah satu langkah baik untuk lebih mengenal teknologi yang saat ini kami terapkan,”ujar Linggom.
Rakor dan Tahunan dan Lokakarya FOReTIKA merupakan acara tahunan yang diadakan sebagai wadah untuk memperkuat kerja sama dan menyatukan lembaga-lembaga pendidikan tinggi kehutanan di seluruh Indonesia, melalui diskusi dan berbagi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan kehutanan di negara ini.
Fokus dari FOReTIKA sendiri yaitu, FOLU Net Sink 2030 merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030. Kebijakan ini lahir sebagai bentuk keseriusan Indonesia dalam rangka mengurangi emisi GRK serta mengendalikan perubahan iklim yang terjadi beserta dampaknya.(JT)