MenaraToday.Com - Blitar :
Alun-alun Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, menjadi saksi ribuan warga yang memadati area tempat siraman Gong Kiai Pradah.
Mereka berkumpul untuk menyaksikan tradisi siraman pusaka Gong Kiai Pradah, yang diadakan setiap tahun seiring dengan peringatan Maulid
Siraman Gong Kiai Pradah dimulai dengan kirab, yang mengeluarkan gong dari tempat penyimpanan menuju pendopo. Setelah itu, gong akan dibawa menuju ke bangunan panggung mirip dengan menara. Di situ, gong Kiai Pradah dibersihkan dengan air kembang, hingga ditutup kembali dengan kain putih.
Air bekas siraman Gong Kiai Pradah itu dibagikan ke para warga yang menunggunya. Dua mobil damkar dikerahkan untuk menyirami warga dengan air bekas siraman tersebut Sejumlah warga ada yang membawa botol untuk menampung air tersebut.
Setelah selesai, gong Kiai Pradah kembali dikirab ke tempat penyimpanan. Tak lama, pembacaan doa dan pemotongan tumpeng dilakukan sebagai penutup acara siraman Gong Kiai Pradah.
Usai berdoa bersama, warga langsung menyerbu dua tumpeng raksasa di depan pendopo. Terlihat beberapa warga saling dorong untuk mendapat tumpeng dan gunungan sayur tersebut.
Warga masyarakat Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto, sengaja berangkat pagi sama rombongan. Ya mau lihat Gong Kiai Pradah, setiap tahun kesini.” kata Bonaji (57)salah seorang warga, Jumat (29/9/2023).
Bonaji mengatakan ingin mendapatkan berkah dengan datang ke siraman Gong Kiai Pradah itu. Dia pun turut berebut mendapatkan tumpeng maupun air bekas siraman Gong
Ngalap berkah, biar dapat berkah dari siraman Gong Kiai Pradah ini. Dari dulu ya seperti ini, alhamdulillah dapat air sedikit,” terangnya.
Sementara Kepala Disbudpar Kabupaten Blitar Suhendro Winarso mengatakan siraman Gong Kiai Pradah jadi salah satu event tahunan. Gong Kiai Pradah juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah pusat.
“Sebenarnya ritual siraman Gong Kiai Pradah ini sekali dua kali, pada Syawal dan Mauludan. Tetapi yang paling besar dan terbuka untuk umum adalah saat ini. Kemudian ini menjadi event budaya terbesar kita,” terangnya di lokasi.
Suhendro menyebutkan Gong Kiai Pradah merupakan simbol sejarah dari perjalanan Pangeran Prabu dari Mataram. Kemudian menjadi warisan para leluhur hingga saat ini
Alun-alun Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, menjadi saksi ribuan warga yang memadati area tempat siraman Gong Kiai Pradah.
Mereka berkumpul untuk menyaksikan tradisi siraman pusaka Gong Kiai Pradah, yang diadakan setiap tahun seiring dengan peringatan Maulid
Siraman Gong Kiai Pradah dimulai dengan kirab, yang mengeluarkan gong dari tempat penyimpanan menuju pendopo. Setelah itu, gong akan dibawa menuju ke bangunan panggung mirip dengan menara. Di situ, gong Kiai Pradah dibersihkan dengan air kembang, hingga ditutup kembali dengan kain putih.
Air bekas siraman Gong Kiai Pradah itu dibagikan ke para warga yang menunggunya. Dua mobil damkar dikerahkan untuk menyirami warga dengan air bekas siraman tersebut Sejumlah warga ada yang membawa botol untuk menampung air tersebut.
Setelah selesai, gong Kiai Pradah kembali dikirab ke tempat penyimpanan. Tak lama, pembacaan doa dan pemotongan tumpeng dilakukan sebagai penutup acara siraman Gong Kiai Pradah.
Usai berdoa bersama, warga langsung menyerbu dua tumpeng raksasa di depan pendopo. Terlihat beberapa warga saling dorong untuk mendapat tumpeng dan gunungan sayur tersebut.
Warga masyarakat Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto, sengaja berangkat pagi sama rombongan. Ya mau lihat Gong Kiai Pradah, setiap tahun kesini.” kata Bonaji (57)salah seorang warga, Jumat (29/9/2023).
Bonaji mengatakan ingin mendapatkan berkah dengan datang ke siraman Gong Kiai Pradah itu. Dia pun turut berebut mendapatkan tumpeng maupun air bekas siraman Gong
Ngalap berkah, biar dapat berkah dari siraman Gong Kiai Pradah ini. Dari dulu ya seperti ini, alhamdulillah dapat air sedikit,” terangnya.
Sementara Kepala Disbudpar Kabupaten Blitar Suhendro Winarso mengatakan siraman Gong Kiai Pradah jadi salah satu event tahunan. Gong Kiai Pradah juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah pusat.
“Sebenarnya ritual siraman Gong Kiai Pradah ini sekali dua kali, pada Syawal dan Mauludan. Tetapi yang paling besar dan terbuka untuk umum adalah saat ini. Kemudian ini menjadi event budaya terbesar kita,” terangnya di lokasi.
Suhendro menyebutkan Gong Kiai Pradah merupakan simbol sejarah dari perjalanan Pangeran Prabu dari Mataram. Kemudian menjadi warisan para leluhur hingga saat ini (Nanik).